“Sesungguhnya salah seorang yang paling dibenci Allah adalah orang yang menaruh dendam kesumat.” Andai Anda pernah diusir dari kampung halaman oleh para tetangga, teman, dan saudara tanpa melakukan kesalahan, namun suatu hari kita kembali dengan membawa pasukan besar, apakah akan membalas perlakuan mereka yang pernah menganiaya Anda? Sungguh mulia budi Rasulullah saw, yang tidak pernah mengenal dendam. Meski beliau pernah disakiti dengan perlakuan bengis dan kejam, tapi beliau masih bisa berbaik hati.
Kejadian itu tepatnya pada tanggal 10 Ramadhan 8 H, ketika beliau beserta 10.000 pasukan muslim bergerak dari Madinah menuju Makkah dan menguasai wilayah itu tanpa ada pertumpahan darah. Bahkan Rasulullah saw, memberikan pengampunan dan keamanan pada semua manusia tanpa peperangan. Tidak ada kebencian dan dendam yang selama ini dikhawatirkan kalangan musyrikin yang pernah menganiaya beliau dan kaum muslimin lainnya. Muhammad Husain Haikal dalam Hayatu Muhammad menggambarkan peristiwa ini.”Sesudah memasuki Makkah, Muhammad sudah mengeluarkan perintah jangan sampai ada pertumpahan darah dan jangan ada seorang pun yang dibunuh, kecuali kelompok itu saja (yang telah ditentukan sebelumnya). Karena itu, mereka (suami istri) lalu menyembunyikan diri, ada pula yang lari. Tetapi setelah keadaan kembali aman dan tenteram, dan orang melihat betapa Rasulullah berlapang dada dan memberikan pengampunan yang begitu besar kepada mereka, ada beberapa orang sahabat yang minta supaya mereka yang dijatuhi hukuman itu juga diberi pengampunan. Usman ibn Affan yang masih saudara susuan dengan Abdullah ibn Abi Sarh- juga datang kepada Nabi, memintakan jaminan pengampunan. Seketika lamanya Nabi diam. Kemudian katanya,”Ya,” Dan dia pun diampuni . sedang Ummu Hakim binti al-Harits ibn Hisyam) telah pula memintakan kepada Muhammad jaminan pengampunan buat suaminya, Ikrima ibn Abi jhal yang telah lari ke Yaman. Dia ini pun diampuni. Wanita itu
Bisa dikatakan hampir setiap orang pernah mengalami sakit hati atas perlakuan tidak mengenakan orang-orang disekelilingnya. Hal itu wajar mengingat manusia bukanlah malaikat. Selama tidak menjadi dendam dan menancap dalam hati berlarut-larut, masih manusiawi. Tapi jika saki hati itu tidak dikelola dengan baik, tentu akan berpotensi menjadi dendam kesumat yang siap meledak. Jika sudah parah bisa mengakibatkan gangguan mental. Rasulullah saw, sampai mengingatkan,”Sesungguhnya salah seorang yang paling dibenci Allah adalah orang yang dendam kesumat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hati yang menyimpan dendam tidak membuat hidup bahagia karena terobsesi untuk membalaskan dendam tersebut. Meski kita memiliki 1.000 kawan jika terbesit dendam pada satu orang saja, rasanya kawan sebanyak itu tidaklah ada artinya. Menyimpan dendam, ibarat kita membiarkan luka tubuh tanpa memberinya obat penawar. Virus itu akan semakin kuat dan membuat tubuh semakin lemah.
Megobatinya adalah dengan memberi ruang kepada hati untuk melepaskan beban kebencian lewat pemaafan. Duduk dan selamilah mengapa dendam itu masih bercokol? Apakah harus dilampiaskan? Apa manfaatnya jika sudah terlampiaskan? Bukankah Allah telah menggariskan segalanya? Bisa jadi perlakuan tidak enak pada masa lalu merupakan pelajaran agar kita lebih baik pada masa mendatang merenunglah bahwa segala sesuatu pasti ada balasanya, jika kita dizalimi, Allah pasti membalasnya. Memang tidak mudah memberi maaf. Tetapi menyimpan dendam sesungguhnya tidak membahagiakan. Itulah yang dilarang Rasulullah saw.,”Janganlah kalian saling mendengki, saling memfitnah(untuk suatu persaingan yang tidak sehat), saling membenci , saling memusuhi, dan jangan pula saling menelikung transaksi orang lain. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Muslim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar